Sebagai novel yang ditulis oleh seorang yang selama ini dikenal sebagai wartawan, penyair dan osais. Bagi saya novel iberi judul "Sumeleh" yang bersetting dunia buruh pada era reformasi ini sungguh pencapaian kreatif yang luar biasa,

Maka, terlepas dari sejumlah kelemahan yang mungkin saja terkandung di dalamnya, menurut saya novel setebal 250 halaman ini adalah sebuah karya yang luar biasa.

Mengapa Sumeleh? Sugeng bilang; Sumeleh dalam tradisi masyarakat Jawa adalah puncak tertinggi dari laku Sabar, Sareh dan Sumah. Wujud kepasrahan jiwa yang tercermin melalui wajah yang tetap tersenyum, apa pun keadaannya Puncak dari laku bathin manusia yang bermakna kepasrahan total pada kehendak sang pemberi hidup. Kepasrahan yang apa adanya. Murni. Tanpa tendensi, tanpa pretensi. Dan sikap Sumeleh itulah yang menjadi warna kental dari para tokoh novel yang hidup di tepian Sungai Deli ini Kota Medan ini.

(Lieus Sungkharisma)