Rumah Kaca adalah bagian terakhir dari Tetralogi Buru yang menggambarkan kehidupan Minke melalui sudut pandang berbeda: seorang intel kolonial bernama Pangemanann. Novel ini memperlihatkan bagaimana pemerintah kolonial Belanda memata-matai, mengawasi, dan menekan gerakan pergerakan pribumi. Dengan sudut pandang sang pengawas, novel ini membuka lapisan-lapisan manipulasi kekuasaan, perlawanan, serta dilema moral aparat kolonial yang terjebak antara tugas, kemanusiaan, dan kekagumannya pada tokoh yang diawasi. Pramoedya menghadirkan kritik tajam terhadap kolonialisme melalui realisme historis yang kuat dan narasi psikologis yang mendalam.