Detail Cantuman
Advanced Search
Text
Sunan Muria: Mengisikan Syariat ke Dalam Adat
Adat-istiadat dan kebudayaan leluhur amat melekat pada jiwa masyarakat di Pulau Jawa. Mereka amat kukuh mempertahankan tradisi dan kepercayaan yang telah berlangsung turun-temurun. Bahkan, dalam menjalankan syariat Islam, mereka sulit dilepaskan dari tata laku yang diwariskan oleh pendahulunya. Syariat Islam mereka lakoni, tetapi mereka pun melakukan kegiatan ritual (keagamaan) yang sama sekali tidak digariskan dalam agama Isiam. Keadaan tersebut harus segera diatasi. Syariat Islam tidak boleh disalahartikan dan masyarakat harus didekati agar segera meninggalkan perbuatan mubazir itu. Dalam menghadapi mereka, para wali mengambil dua cara, yaitu cara abangan dan cara putihan. Cara abangan dianggap metode yang moderat, yaitu berkompromi dengan adat-istiadat setempat. Acapkali pula digunakan metode sinkretisme, yaitu membaurkan ajaran Islam ke dalam warisan budaya masa kemusyrikan. Sunan Muria adalah salah seorang yang melakukan cara ini. Sementara itu, aliran putihan cenderung bersikap keras. Mereka mengkhawatirkan metode abangan bisa menyebabkan masyarakat kembali terseret kepada kepercayaan leluhurnya. Lalu, bagaimana Sunan Muria mengisikan syariat Islam ke dalam adat?
Ketersediaan
1001291 | My Library | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
297. 65 Arr s
|
Penerbit | PT Remaja Rosdakarya : Bandung., 1994 |
Deskripsi Fisik |
vii + 27 hlm; 27,5 x 20,5 cm
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
975-514-296-8
|
Klasifikasi |
297. 65 Arr s
|
Tipe Isi |
Text Book
|
Tipe Media |
Buku
|
---|---|
Tipe Pembawa |
Book
|
Edisi |
-
|
Subyek | |
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain