Ketika Yuan Huang berusia tujuh belas tahun, ia diramalkan oleh peramal nasib Tuan Kong bahwa ia hanya akan lulus ujian kekaisaran, meninggal pada usia lima puluh tiga tahun, dan tidak memiliki putra. Ia menghabiskan hari-harinya dalam keputusasaan. Itu tidak sampai dia berusia tiga puluh tujuh tahun dia mengunjungi Gunung Qixia. Master Zen Yungu duduk di hadapannya selama tiga hari tanpa pikiran yang mengganggu. Master Zen itu menertawakannya dan berkata, "Saya pikir kamu adalah seorang pahlawan, tetapi kamu hanyalah orang biasa." ." Kemudian dia menjelaskan secara rinci prinsip bahwa takdir seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri dan berkahnya sendiri dicari oleh dirinya sendiri, dan menunjukkan kepadanya sistem pahala dan dosa untuk metode penerapannya. Yuan Huang bertobat pada hari itu dan mengganti namanya menjadi Fan, yang berarti dia akan meninggalkan tubuh fananya. Dia mulai aktif melakukan perbuatan baik dan mengumpulkan pahala. Kemudian, dia tidak hanya hidup hingga berusia 74 tahun, tetapi juga lulus ujian kekaisaran. ujian dan melahirkan seorang putra, Yuan Tianqi. Putranya kemudian Ia juga lulus ujian kekaisaran dan menjadi seorang Jinshi, yang berarti ia memiliki semua berkah kekayaan, umur panjang, dan kehidupan yang sempurna tanpa penyesalan. Empat Pelajaran Hidup merupakan motto keluarga yang diwariskannya kepada keturunannya. Buku ini terdiri dari empat artikel: "Studi tentang Menetapkan Takdir", "Metode Memperbaiki Kesalahan", "Metode Mengumpulkan Kebajikan" dan "Pengaruh Kerendahan Hati". ". Ini mengintegrasikan pemikiran Konfusianisme, Buddhisme, dan Taoisme. Pengalaman pribadinya menjelaskan prinsip bahwa "takdir saya ada di tangan saya sendiri", yang menjadi salah satu motto keluarga paling populer segera setelah keluar dan telah populer selama bertahun-tahun. lebih dari 400 tahun. Hingga hari ini, gagasan dan kebijaksanaannya tetap hidup.