Detail Cantuman
Advanced SearchText
Hulubalang Raja
Kepentingan-kepentingan yang berbenturan
Menengarai adik tersayang kena muslihat orang, Sutan Ali Akbar, anak orang besar Kampung Hulu, pamit kepada orangtuanya pergi menuntut balas.
Setengah karena malu kalah berjudi dan setengah lagi karena merajuk keinginannya tak dituruti, Sutan Malekewi, anak datuk dari Kotagedang, memutuskan tak pulang kampung pergi merantau mengadu nasib di negeri orang.
Dari sepak terjang kedua anak muda inilah Nur Sutan Iskandar dengan 'Hulubalang Raja'-nya mengajak kita melongok pesisir Minangkabau abad ke-17.
Roman sejarah ini tidak begitu memberi kita ketika untuk 'berpelukan' dengan tokoh-tokohnya--paparannya yang terlalu 'berjarak' (dan sepenggal-pengal) akan menyulitkan pembaca masuk ke dalam 'ruang emosional' para karakter utamanya.
Toh dalam menggambarkan intrik tikainya, karya ini cukup jeli (bahwa pencetus atau muasal sebuah perang tidak melulu harus bermotif politis, misalnya).
Yang paling menarik adalah perspektifnya--bahwa anak negeri tak semuanya 'baik', dan tak semua Belanda (baca: kompeni) 'jahat' (bahkan ada pula yang pantas diberi hormat seperti sosok kapitan yang ksatria itu). Bahwa perang bukan soal benar-salah, tapi [perbenturan] kepentingan. Untuk sebuah karya yang terbit tahun 1934, paradigma seperti ini rasanya mengejutkan.
Ketersediaan
Tidak ada salinan data
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
808. 956 Isk h
|
Penerbit | Balai Pustaka : Jakarta., 2001 |
Deskripsi Fisik |
214 hlm; 21 x 15 cm
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Klasifikasi |
808. 956 Isk h
|
Tipe Isi |
Text Book
|
Tipe Media |
Buku
|
---|---|
Tipe Pembawa |
Book
|
Edisi |
-
|
Subyek |
-
|
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain