Detail Cantuman
Advanced SearchText
Tak Ada Jalan Buntu
Pada dasarnya tak ada jalan buntu bagi manusia untuk mencari kebahagiaan dalam hidupnya. Hal ini dialami oleh ketiga tokoh novel ini, yaitu Nyonya Faried, Astuti, dan Marianty. Mereka sama-sama pernah merasa putus asa karena berada di jalan buntul. Namun, ketika mereka tegak kembali, ternyata jalan itu masih panjang. Mereka terus melangkah sampai akhirnya mendapatkan apa yang mereka cari selama ini, yaitu kebahagiaan.
Nyonya Faried meninggalkan suaminya, seorang dokter ternama di Surabaya, dan tinggal di Bandung. Di Kota Kembang ini ia merasa leluasa melakukan apa yang diinginkannya tanpa harus mengenakan topeng kepura-puraan. Setelah menyendiri dan ekmudian menemukan pria yang mencintainya, barulah ia merasa menjadi manusia yang benar-benar hidup. Anak pertamanya, Astuti harus bercerai karena Iwan, suaminya, menyeleweng dengan wanita lain. Ia merasa martabatnya sebagai wanita bertambah tinggi justru karena ia harus mengurus sendiri seluruh kebutuhannya, yaitu rumah dan anak-anaknya. Sementara itu, Marianty tidak menikah dengan pria yang mencintai dan dicintainya, tetapi ia memilih keluarga Dipo. Hal ini dilakukannya karena anak-anak Dipo memperlakukan Marianty seperti ibu mereka sendiri.
Melalui novel ini La Rose mengungkapkan bahwa sebenarnya kesadaran akan kemerdekaan yang terikat dan terbatas akan membuat orang merasa bahwa di dalam hidup ini tak pernah ada jalan buntu.
Ketersediaan
1002891 | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
808. 953 Ros t
|
Penerbit | Midas Surya Grafindo : Jakarta., 1986 |
Deskripsi Fisik |
260 hlm ; 18 cm
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Klasifikasi |
808. 953 Ros t
|
Tipe Isi |
Text Book
|
Tipe Media |
Buku
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subyek | |
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain